welcome to my world

Sesamar apapun, jejak kaki kita akan terus menjadi sejarah

Selasa, 14 Desember 2010

Leganya Kembali ke Rumah..

Ah..nyaman sekali..rasanya seperti kembali ke rumah. Saya rindu blog ini. Posting terakhir sy buat hampir 4 bulan lalu. Yah, karena bertambahnya beban pikiran kesibukan, banyak hal yg akhirnya saya harus puas merekamnya dalam hati saja. Sya merasa bersalah pada my lovely personal blog ini, karena telah meninggalkannya demikian lama, sibuk bertandang ke rumah teman2 di ranah fesbuk, sibuk bersosialisasi di lapak kompasiana..tapi makin ke sini saya makin yakin blog ini tak tergantikan. Fesbuk memang seru untuk mengobrol..mulai hal remeh temeh..sampai issue yg tergolong berat. Kompasiana apalagi. Di sana saya bertemu orang2 hebat dengan ide2 brilian yang menuntut saya untuk segera mengakselerasi kemampuan sya agar bisa mnyusul langkah atau sekedar memperpendek jarak dengan mereka. Aura kekerabatan begitu kental terasa disana. 
Namun sya akui, ada kalany saya lelah dengan hingar bingar kehidupan di luar sana. Saya rindu rumah. Dan di sinilah saya sekarang, di tempat segala rasa tercurah. Di sini sya bisa menulis segala hal tentang saya dengan lebih personal, karena ini rumah saya. 
Membaca tulisan2 lama ternyta bs menghadirkan romantisme tersendiri. Rupa-rupa rasa yg tercurah dalam tiap baitnya memaksa angan melayang untuk sekedar mengingat kenangan yang pernah ada. Inilah yang mendorong saya untuk terus menulis. Sya harap dokumentasi perjalanan ini bisa memberi manfaat suatu hari nanti. Saat semangat mulai pupus, kenangan lama bisa menjadi doping untuk melejitkan kembali semangat juang. Yang harus saya lakukan sekarang adalah berusaha sekuat bisa, sedapat mampu menjadikan segala yang terjadi hari ini sebagai kenangan yang menyenangkan untuk diingat nanti..

Selasa, 03 Agustus 2010

Banyak Jalan Menuju Allah

Dikatakan, bahwa jalan menuju Allah itu banyak..sebanyak bilangan para pencari Allah itu sendiri. Hal ini setidaknya bisa kita tengok dari sirah para guru yang telah terbukti 'sampai' kepada Allah. Diantara beliau ada yang mengambil jalur (penyebaran) ilmu, ada pula yang memilih khidmat (pelayanan) pada ahli ilmu dan masyarakat, ada yang tenggelam dalam ibadah, istighfar, membaca alquran, dan macam2 jalan lain yang tak terhitung jumlahnya. Syekh Abdul Qadir al Jilani berkata: Aku bisa sampai pada Allah bukan berkat ibadah malam dan puasaku, namun karena dermawan, tawadhu' dan hati yang selamat.

Rasululloh sendiri ketika ditanya tentang amal yang paling utama, beliau menjawab: "menggali sumur". Itu terjadi ketika madinah sedang sedang dilanda kekeringan, dan yang paling dibutuhkan masyarakat adalah air. Di lain kesempatan ketika sahabat yang lain bertanya dengan pertanyaan yang sama beliau menjawab: "Laa taghdhob!" Amal terbaik adalah menahan amarah, karena si penanya adalah orang yang emosional. Ketika yang bertanya adalah seorang yang memiliki ibu yang telah renta, "amal terbaik adalah berbakti pada ibumu", demikian Rasul menjawab. Ini menunjukkan bahwa amal terbaik untuk tiap-tiap orang itu berbeda, harus disesuaikan dengan peranan masing2.

Lalu bagaimana kita memilih jalan untuk bisa 'sampai'? Salah satu prinsip yang harus kita pegang untuk menentukannya adalah hadist Nabi "khairun naas anfa'uhum lin naas". Bagi seorang yang berilmu, mengajar tentu lebih baik baginya. Bahkan sekalipun karena kesibukan mengajarnya ia tak sempat beristighfar, tak perlu kuatir, karena malaikatlah yang akan memintakan ampunan untuknya. Bagi kepala keluarga, bekerja mencari nafkah bisa jadi adalah ladang ibadah terbaiknya, sekalipun tak lagi tersisa banyak waktu baginya untuk bertasbih. Dalam sebuah hadis Nabi: Seorang laki2 yang bekerja untuk menafkahi keluarganya, baginyat pahala fii sabiilillah. Lelaki yang bekerja untuk menghidupi org tuanya, maka baginya pahala fii sabiilillah, lelaki yang bekerja untuk menafkahi dirinya agar tak meminta-minta pada orang lain, baginya pahal fii sabiilillah. Bagi pelajar, tentu belajarlah yang terbaik baginya, hingga nanti pada gilirannya ia mampu menyebarkan ilmu yang telah didapatnya. Bagi seorang ibu, mengurus keluarga dan mendidik anak adalah pilihan terbaik. Bagi mereka yang tak punya tanggungan kewajiban apapun pada orang lain, yang terbaik baginya adalah beristighfar, membac alquran dan rupa-rupa ibadah taqarrub kepada Allah. 

Yang harus kita ingat, Allah ta'ala menciptakan hidup dan mati tujuannya untuk menguji siapakah diantara kita yang paling baik amalnya. Alladzi khalaqal mauta wal hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalan. Di luar ibadah wajib, kita bisa meraih predikat terbaik dengan melakukan segala yang terbaik sesuai posisi dan peranan kita. wallahu a'lam bi shawaab.

Kamis, 24 Juni 2010

Banyak Bertanya Sesat di Jalan

Aku paling tak bisa membiarkan satupun pertanyaan berlalu tanpa jawaban. Apapun itu. Bahkan soal ujian yg jelas2 tak terjawab pun setelah keluar dari kelas akan ku cari jawabannya sampai ketemu. Pertanyaan yg tak terjawab bagai hantu gentayangan yg mengikutiku kemanapun aku pergi. Cara mengenyahkannya hanya satu: menemukan jawaban yang tepat untuknya, dan setelah itu sang hantu akan kembali ke liangnya dengan tenang. Ada satu kepuasan tak terlukiskan bila kita berhasil menguak suatu 'misteri'. Ada yang ajaib..sering kali ketika aku sudah berusaha sekuat bisa untuk memecahkan suatu persoalan, dan sampai di jalan yang -tampaknya- buntu namun aku tak menyerah, suatu saat jawaban itu akan datang dengan sendirinya dari jalan yang tak disangka2. Mungkin benarlah kata pepatah...man jadda wajada.

Saat ini pun aku merasa terus dihantui pertanyaan2 tentang kehidupan. Mengapa harus begini? Ko ga begitu aja? Sampai kapan harus begini? Apa? Di mana? Bagaimana? Siapa? bla bla bla..Sungguh pusing aku memikirkan jawabannya..
Akhirnya aku sampai pada pertanyaan sesungguhnya: Sebenarnya pada siapa pertanyaan (yang lebih pantas disebut protes ) ini kutujukan? Dengan malu2 akupun menjawab: Pada Allah, Tuhanku. Ah...aku semakin malu. Lihat, betapa bodohnya aku..Bukankah Ia sudah berfirman: Laa yus_alu 'amma yaf'alu wa hum yus_aluuna. Sungguh tak pantas pertanyaan itu aku lontarkan padaNya...memangnya aku ini siapa? Aku yang tak memiliki apapun -bahkan tubuh yang kutempati ini-sungguh bukan siapa2. Kalau Allah mau buat begini, ya terserah Allah..Mau begitu...siapa yang melarang..lah wong Dia itu the only one pemilik saham alam semesta. Hanya satu yang kuyakini, Dia Tuhan yang adil, tak mungkin menciptakan sesuatu tanpa ada tujuannya. Batu di tepi jalanpun punya tujuan penciptaan, apalagi aku. Dia pasti punya rencana..., walau kehidupan dan nasib bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis, namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah designe holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyatataan bahwa tak hal sekecil apapun yang terjadi karena kebetulan.(Andre Hirata punya euy!). Ahhh..tak ada pilihan lain selain bersabar dan tetap bersyukur hingga nanti suatu saat kehidupan menggiring ku pada satu jawaban atas semua pertanyaanku...(Dan tak ada alasan untuk menatap masa depan dengan kemarahan).

Senin, 21 Juni 2010

Sebuah Doa

Tuhanku...Para pengemis tengah berhenti di pintuMu. Orang2 fakir tengah berlindung di hadapanMu. Perahu orang2 miskin tengah berlabuh di tepian laut kemurahanMu, berharap dapat singgah di halaman kasih dan saayangMu
Tuhanku..
Jika di bulan yang mulia ini Engkau hanya menyayangi orang2 yg menjalankan puasa dan sholat malam dengan penuh keikhlasan, maka siapa lagi yang akan menyayangi pendosa yang kurang beribadah, yang tenggelam dalam lautan dosa dan kemaksiyatan.
Tuhanku...
Jika Engkau hanya mengasihi orang2 yg taat, maka siapa lagi yang akan mengasihi orang2 yang durhaka.
Sekiranya Engkau hanya menerima orang yang banyak amalnya saja, maka siapa yang akan menerima orang yang sedikit amalnya.
Ilahyy
Beruntunglah orang2 yang berpuasa
Berbahagialah orang2 yang sholat malam
Salam dan sejahteralah orang2 yang ikhlas
Sedangkan kami hanyalah hambaMu yang berlumuran dosa
Sayangilah kami dengan kasih sayangMu
Bebaskan kami dari api neraka dengan maafMU
Ampuni dosa-dosa kami dengan kasihMu
Wahai yang maha pengasih dari segala yang mengasihi...

Minggu, 23 Mei 2010

Long Journey

Pegang erat tanganku saat tubuhku terasa linu
Kupeluk erat tubuhmu saat dingin menyerangmu
Kita lawan bersama
Dingin dan panas dunia
Saat kaki telah lelah kita saling menopang
Hingga nanti di suatu pagi salah satu dari kita mati
Sampai jumpa di kehidupan yang lain

Syair lagu sheila on 7 ini mewakili kekaguman saya akan pasangan kakek-nenek yg tampak (semakin) harmonis di usia senja mereka. Tapi yg lebih mengagumkan adalah mereka yg berhasil mempertahankan kesetiaan pd pasangannya hingga ajal menjemput. Mereka ini berhasil membuktikan kemenangannya atas 'sang waktu'. Saya angkat topi untuk mereka. Uban di rambut mereka mengabarkan betapa banyak yg telah mereka lalui bersama. Garis-garis di wajah mereka mengajarkan kebijaksanaan menyikapi hidup, kehidupan dan penghidupan. Mungkin ada kalanya cinta pd pasangan berkurang, atau bahkan hilang sama sekali. Tak mustahil juga (siapa tau) salah satu episode kehidupan mereka terusik oleh datangnya orang ke 3, 4, 5 atau 6.. Mereka telah melalui segala pasang surut kehidupan dengan rupa-rupa problematikanya, namun mereka berhasil melewati itu semua. Mereka berhasil menuntaskan kisah hidup mereka dengan sangat indah. Mengantarkan kepergian salah satu dari mereka dengan cinta yang tak berubah.

Saya terinspirasi menulis ini ketika subuh td saya mendengan kabar kepergian ibu Ainun Habibi (smoga Allah merahmati beliau). Yang tertangkap oleh sy, adalah sosok beliau sebagai istri dan ibu yg telah berhasil menuntaskan tugasnya dengan baik. Panas mata saya membayangkan bagaimana kelak akhir hidup saya. Perjalanan ini belum jua panjang, namun tak jarang napas terengah saat harus menyingkirkan batu besar yg menghalang di tengah jalan. Kadang terasa berat saat kaki harus tertatih mendaki bukit. "Ah, ini juga dialami siapapun yg baru memulai perjalanan", sy mncoba menghibur diri. Kabar baiknya, saya tak sendiri dlm pengembaraan ini. Apapun yg terjadi, harus terus berlari..sebelum napas terhenti. Selalu berusaha mnghadirkan yang terbaik, hingga kelak berhasil menuntaskan lakon kita dengan akhir yang indah.

Kamis, 20 Mei 2010

Apa Statusmu Hari Ini?

Bukan hal yang asing, tiap masuk beranda fb kita akan ditodong pertanyaan: apa yang sedang anda pikirkan? Macam-macam jawaban yg diberikan. Ada yg skedar ngisi absen: otw..., lgi mkan, lgi mnum, lgi boker, lgi masak, lg kekunci di dapur dll..Ada yg mengungkap perasaannya, yg kbnyakan bernuansa picisan. Temanya berkisar kangen, cemburu, cinta tak sampai, cinta diam-diam, putus cinta, cinta monyet, kambing, kucing, gajah, badak..dll. Ada pula org baik yang membagi petuah cuma-cuma: ingatlah ..., jgn begini begitu, kalau begini nanti begitu, sesungguhnya begini maka perbanyaklah begitu, dan mcam2 wejangan yg laen. Ada yang berisi 'surat' pada tuhan: kuatkan aku Tuhan, maafkan aku, lindungi aku, mudahkan urusanku, lunasi utang-utangku, sembuhkan aku..and many more. Ada lagi yang skedar iseng nyari popularitas: pngn rebonding bulu kaki, abs ngrampok bank trnyata terlambat,duitny udh dbwa lari koruptor,  dan status ga penting laenny (ini yg paling menarik).
Motif mereka pun macem2. iseng, curhat (baca: buang sampah), menyampaikan pesan pd seseorg (biasany kr ga berani ngmong langsung), berbagi pngetahuan sampai mnyebarkan ideologi. Dengan motif apapun, ada kepuasan tersendiri bila ada yang mengapresiasi posting kita dg memberi komentar atau skedar mengacungkan 'jempol'. Ttg posting yg berisi surat kpd Tuhan, seorang kawan pernah mempertanyakan apa tujuannya..Toh tanpa diterbitkan di beranda fb pun Tuhan mengetahui doa, harapan bahkan sgala yg sedang, sudah dan akan kita pikirkan. Apa itu karena riya? Agar dipandang sbgai org yg alim, dekat dg Tuhan (kr brani mnyapaNya lewat fb), atau mungkin ada motif laen? Entahlah. aku tak bisa membca pikiran mreka satu persatu..tpi menurutku, mreka bukan riya, mreka hnya btuh media pelampiasan atas apa yg sdang mreka rasakan. mreka btuh tempat sampah, dan fb menyediakan space yg tak terbatas utk usernya membuang apapun yg ingin mreka buang, tnpa kuatir over loading.
Kalo setiap prtnyaan 'apa yg sedang anda pikirkan' kujwab jujur tentu jwabanku tak brubah spanjang waktu: dia! dia yg slalu aku pikirkan. dia dia dia dia dia dan hnya dia! (dg d kecil. Huh, nakal sekali!) dia yg slalu mengisi doa siang malam pgi dan soreku, yg slalu ada dalam detak napas dan hembus nadiku. yg  bukan lgi org lain bgiku, tp telah mnyatu dlm jiwaku (euleh euleh!) dia yg kuyakin akan mengantarku pd Dia.(dg D besar). Ini lah prjalanan panjangku...bersmanya.

Minggu, 16 Mei 2010

Tajassum al A'mal

Sekecil apapun yang kita lakukan terdokumentasikan dengan baik dan nanti pasti akan bisa kita lihat wujudnya. Inilah yang dalam bahasa arab disebut Tajassum al a'mal atau perwujudan amal yang muncul dalam tiga bentuk

Yang pertama, amal-amal yang kita lakukan akan membentuk jatidiri kita.
Menurut al Ghazali, penglihatan manusia itu ada dua macam: Mata lahir (bashar) dan mata batin (bashirah). Dengan bashar yang terlihat hanyalah khalq (tampilan fisik) yang semata-mata bayangan dari diri kita yang sebenarnya. Sedang dengan bashirah kita bisa melihat khuluq (wujud rohani yang kemudian menurunkan kata akhlak). Jadi akhlak adalah gambaran dari diri kita yang sesungguhnya. Wujud rohani itu akan tampak ketika akhir hayat kita, saat ruh terlepas dari 'pakaian' fisik. Amal-amal kitalah yang menentukan dengan wujud apa kelak kita dibangkitkan.

Yang kedua, amal-amal kita akan menjelma dalam wujud makhluk yang akan menyertai kita, sejak di alam kubur sampai di akhirat. Amal baik berwujud makhluk rupawan yang menemani, menjaga dan menyelamatkan kita, sebaliknya amal buruk.

Dan yang ketiga, amalan kita akan berwujud dampak dan akibat. Amal baik akan berdampak baik da begitu pula sebaliknya. Amal adalah benih yang kita tanam. Apa yang kita tuai tergantung apa yang kita tanam. Dampak perbuatan kita itu tajk hanya menimpa kita, tapi bisa juga orang-orang di sekitar kita: anak, kerabat, masyarakat atau lebih luas bangsa dan negara kiita.

Kawan, sekecil apapun yang kita lakukan, ucapkan, dan pikirkan harus kita timbang terlebih dahulu dengan akal sehat dan hati nurani, agar kelak kita tak kesulitan mempertanggungjawabkannya, mengingat 'buntutnya' yang demikian kompleks..tak hanya di dunia namun yang lebih penting di akhirat.

Rabu, 12 Mei 2010

Harapku

Duh Gustiii...hambaMu ini sedang mengeja, meraba, mencoba menyelami makna kehidupan. Sekali dua kali dia salah tapi untuk selanjutnya bimbing ia menemukan hakikat mutiara yang tersimpan nun jauh di dasar lautan. Dia masih di tepian saja, dan dia begitu takjub dengan berbagai panorama yang terhapar sejauh matanya memandang. Pasir putih, deretan nyiur, langit bersih, Laut jernih bak kaca yang tak sungkan memperlihatkan isi perutnya, dia mulai sibuk mengumpulkan kerang, udang, ikan-ikan kecil dan apapun yang dia temukan di tepi pantai..
jangan biarkan itu semua memasung kakinya, GUstii..
Jangan biarkan dia merasa cukup berdiri di tepian saja, tak mau ambil pusing dengan ombak yang akan mengantarkannya ke tengah lautan, untuk kemudian menyelam dan mencari 'mutiara'. Tuntunlah dia untuk selalu menjalani kehidupan ini seperti apa yang engkau kehendaki, jadikan dia hambaMu yang selalu bersyukur, legowo menerima apapun yang Engkau berikan padanya, jangan lepaskan dia dari rantai penjagaanMu dan belai kasih sayangMu. Mudahkan urusannya, kasihi dan lindungi dia, suaminya, orang tuanya, saudara-saudaranya, seluruh keluarganya, teman-teman dan gurunya, serta semua saudara seagamanya, berkahi kehidupan mereka semua, dan jadikan hari terindah mereka adalah hari pertemuan dengan Engkau...Amiin.
Sembah sujud padaMu ya Rabb

Andai Saja

Andai saja aku bukan aku, andai bukan mereka orang tuaku, andai aku tak punya kakak pertama yang bertangan besi, kakak kedua yang perasa dan seorang adik laki-laki yang penyayang lagi pengasih, andai aku tak dibesarkan dalam lingkungan yang konservatif, andai aku tak 'dikarantina' di komplek asrama bertingkat di tengah pemukiman padat Bangil selama bertahun-tahun, andai aku tak pernah berkumpul dengan kawan-kawan dan guruku, andai bukan dia suamiku, andai bukan ini jalan hidupku, andai aku tak pernah terpuruk, andai aku tak pernah ditimpa kesedihan, andai aku tak pernah limbung dihantam kebimbangan dan kegalauan, andai aku tak pernah dijerang api kerinduan,..tentu hidupku tak bisa lebih sempurna daripada saat ini.

Matur nuwun Gustiii..

Selasa, 06 April 2010

Ikan Mati Kehausan di Dalam Samudra

Sudah lama ide menulis tentang topik ini tersimpan dalam draft otak saya..tapi karena tertindih banyak hal, baru sekarang lamunan saya itu terlahir nyata ke blogsphare, setelah saya menemukan file yang hampir usang di tindih kemalasan. Karena vacum cukup lama, maaf kalau tulisan ini tak good reading. Yang terpenting adalah pesan saya bisa sampai pada anda yang tersesat di blog saya ini..

Saya mulai dengan sebuah hikayat. Suatu ketika amirul mukminin Umar Ibn Khattab thawaf di ka’bah. Tiba-tiba beliau tersentak keheranan mendengar doa seorang badui..Allahumma ij’alni min al qalil..Sungguh beliau belum pernah mendengar doa seperti itu sebelumnya. Usai menunaikan thawaf, Sayyidina Umar memanggil badui tersebut guna bertanya perihal maksud doa yang dia panjatkan tadi. Si badui pun menjawab: bukankah dalam al quran disebutkan Wa qaliilun min ‘ibaadiya asy syakuur..dan saya ingin Allah menjadikan saya termasuk golongan yang sedikit itu.

Saya simpulkan dari kisah di atas, bahwa orang yang bersyukur itu adalah spesies langka..yang hampir punah jika kita tak berusaha menjadi bagian dari golongan minoritas ini. Memang harus kita akui bukan hal mudah menjadi orang yang bersyukur. Rasa tidak puaslah yang mengikis rasa syukur kita.

Rasa ketidakpuasan, dalam dosis yang tepat memang bisa menjadi cambuk bagi kita untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi…dalam hal apapun…namun jika tak tepat, malah bisa menjadikan kita hamba yang kufur atas nikmat yang telah kita terima. Alih-alih meningkatkan kualitas personal, orang yang tak pandai bersyukur hanya menghabiskan umurnya untuk mencari kambing hitam. Selalu ada yang disalahkan..bisa keadaan, orang-orang di sekitarnya, dan yang paling sering di dudukkan di kursi pesakitan adalah Tuhan. Di mata kaum yang tak tahu terima kasih ini Tuhan tak pernah benar.

Manusia itu memang makhluk penggerutu…lihat saja, saat kita tak punya pekerjaan kita akan merengek-rengek padaNya agar memberi kita pekerjaan. Saat sudah mulai bekerja sebagai karyawan biasa kita akan menuntut jabatan yang lebih tinggi..dan saat tuhan kembali menuruti permintaan kita..kita lagi-lagi mengeluhkan pekerjaan yang semakin menumpuk, waktu luang yang sangat berkurang dan tenggungjawab yang semakin besar. Yah, apapun yang dilakukan Tuhan memang tak pernah benar...bagi mereka.

Kita sebagai manusia yang bahkan tak memiliki 1 % saham dalam diri kita ini sangat tak layak untuk melamar apapun kepada Allah, apa lagi sampai menuntut dan complain pada Sang pencipta semesta alam. Namun pada praktiknya, ternyata kita ini sungguh hamba yang tak tahu diri. Nikmat yang kita terima dariNya dalam tiap tarikan napas tak terhitung jumlahnya, namun kita terus saja berunjuk rasa padaNya. Selalu ada alasan untuk tak puas dengan apa yang Dia berikan.

Seorang bijak bestari dari india berkata: Aku tertawa mendengar ada ikan mati kehausan di dalam samudra. Inilah gambaran orang yang pernah bersyukur. Ikan adalah kita, manusia pengeluh ini. Sedangkan samudra adalah anugrah Allah pada kita. Kita sudah hidup dengan dilingkupi karunia yang demikian besar..yang karena saking besarnya, kita tak pernah menyadarinya, tapi mengapa masih ada saja celah -yang kita buat-buat sendiri- untuk kita merasa kurang? Dengan sedikit kejernihan hati, kita bisa menyadari betapa berlimpahnya anugrahNya pada kita..Mereka yang pandai bersyukur akan melihat kehidupan ini begitu indah..bahkan dalam situasi terburuk sekalipun. Orang yang bersyukur memiliki hati seluas ribuan kali lapangan bola..yang membuatnya tetap tenang menjalani kehidupannya..

Ending tulisan ini rasanya masih menggantung, tapi biarlah..ini hanya sebagai permulaan. Insy posting selanjutnya segera menyusul..

Minggu, 10 Januari 2010

Go Blog!

Sekitar 6 bulan yang lalu aku sempet komplai sama adekku. Pasalnya dia sama hapeny udh kayak sodara kembar siam dempet tangan, kga bisa dipisahin! Udh gitu dy jadi narsis bgt, bawaannya pgn poto-poto mulu..dimanapun dan kapanpun. Saking parahnya masa ke kamar mandipun hp dy bwa??? Usut punya usut, ternyata dy saat itu lagi keranjingan sama yang namanya fesbuk. Dy pun jadi suka senyum-senyum sndiri. Pusing aku ngeliatnya.

Sampe beberapa bulan selanjutnya kondisiny tetep sama, malah makin parah. Pulsa hp 10 rb bisa ludes hanya dlm 2-3 hari. Parah bgt kn?? Kalo q omelin dy cuma bilang: lom tw rasanya fb-an siiih... Huh, diprovokasi kek gitu q panas juga. "Ok. skarang bikinin akun fb bwt aku!" tantangq. Dalam hati aku pengen buktiin kalo aku ga bkal terseret arus fb.

Ternyata kenyataan berkata laen. Q keasikan juga maen fb. Di situ aku ketemu temen2 yang kebanyakan tak pernah kutemui lagi sejak kami berpisah 4 taon yang lalu. Wah seru..tak hanya itu, temen2 yang dulu kalo ktemu hanya saling lempar senyuman ternyata di sini bisa berbincang bareng bgtu akrab. Banyak juga ketemu tmen2 baru..pendek kata q juga sibuk sama fesbuk...sampe sempet ambil cuti hampir 2 bln dari aktivitas bloging. Ibarat mainan..fesbuk saat itu emg lagi lucu-lucunya.

Pi beberapa hari ne q jd mulai males sm produk virtualnya Mark Zuckerberg ini. Fb tak hanya mendekatkan org2 yg jauh,, pi juga menjauhkan org2 yg dekat. Bayangin aja, lagi duduk berdua sma suami bukannya ngobrol bareng pi malah sibuk sama hape masing2. Nyebelin juga waktu ngumpul bareng2 keluarga ternyata ada seekor yang ga nyambung diajakin ngomong gara2 fb. Udah gtu pulsa cpet abis dan ga ada manfaat konkrit yang q dapet. Q mulai sadar, menyambung silaturahim via fb itu penting, pi kita juga harus tw waktu. Dalam kaidah fiqih disebutkan Kullu maa tajaawaza 'an haddihi in'akasa 'alaa dhiddihi segala sesuatu yang melewati batas itu akan berbalik dari hukum asalnya. Fb itu ada manfaatnya, pi kalo klewatan maka kerugiaan yang kita dapat, sadar atw tidak.

Kembali aktif sebagai blogger, itulah pilihanq skr tanpa meninggalkan fb sepenuhnya, hnya mengurangi intensitasnya aja. Bloging kurasa lebih sesuai untukku. Q bisa mengungkapkan uneg2 (baca: buang sampah), berbagi ide, pengalaman, emosi, laporan peristiwa atw apapun yang kebetulan sedang melintas di benak. Menulis memberi kepuasan tersendiri. Menulis bisa membwa anganku melayang ke negri antah berantah..sejenak meninggalkan dunia nyata. Aq bisa fly dengan menulis. Keinginanq jadi wartawan konvensional yang agaknya takkan terwujud juga terobati dengan menjadi bagian dari cityzen journalism, aktivitas pemberitaan yang beralih ke tangan mayarakat sipil.

Tapi tetep aja, ketika beraksi di blogsphere proporsi waktu harus slalu diperhatikan. Jngan sampe tugas2 di dunia nyata berantakan gara2 keasikan berselancar di dunia maya. Apapun yang terjadi kan kupertahankan blog ini sampe titik darah penghabisan, insyaallah. GO BLOG! (bukan dibaca: goblok)

Sabtu, 09 Januari 2010

Hierarki doa

Bayangkan jika suatu saat seekor anjing ganas mengejar anda. Anda sudah berlari sekuat tenaga, tapi anjing itu masih tetap mengejar. Anda sudah melemparinya dengan apapun yang terjangkau tangan anda, tapi ia masih tetap bertahan. Usaha apa lagi yang kira-kira bisa membebaskan anda dari ancaman hewan bergigi tajam itu? Jawabannya adalah memanggil pemiliknya. Mintalah tolong pada pemilik anjing itu agar ia menjinakkan hewan piaraannya, tentu bukan hal yang sulit baginya. Hanya dengan satu teriakan darinya: 'blackyyy...' masa depan anda segera terselamatkan.

Demikianlah seorang syaikh yang mulia dari madinah memberikan ilustrasi tantang pentingnya doa. Seringkali kita dihadapkan pada keadaan sulit yang sama sekali kita tak punya kuasa untuk mengendalikannya. Tak ada yang bisa kita lakukan kecuali 'memanggil' dan meminta pertolongan pada 'Sang pemilik masalah'. Tak ada yang sulit baginya, karena jika Allah yang memberi kita kesulitan maka hanya Dialah yang bisa menyelesaikannya. "Wa in yamsaska_llahu bi dhurrin falaa kaasyifa lahu illa huwa wa in yuridka bi khairin falaa ra_dda li fadhlihi".

Doa merupakan kekuatan dan energi yang tiada tara karena ia terhubung dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Doa bagi seorang mukmin adalah senjata (silah) karena tidak ada perlindungan dan daya kecuali dari Allah. Doa yang benar akan membawa keteguhan istiqamah dalam prinsip hidup dan dengan doa seseorang akan memiliki sikap optimis, karena doa pada hakikatnya merupakan rintihan dan curhat hamba kepada al-Khaliq sebagai pemilik segala kekuatan dengan harapan curahan pertolongan.

Doa itupun bertingkat-tingkat, sesuai dengan tingkat kesadaran spritual seseorang.
1. Yang paling rendah adalah doa kita, orang awam yang biasanya hanya berupa rangkaian perintah kepada Allah. doa ini sangat bersifat egosentris...meminta terwujudnya harapan dan terlindung dari hal-hal yang ditakuti. Tak ada yang salah dengan doa ini, hanya saja kurang ta'addub . Belajar dari doa nabi Ibrahim ketika meminta kesembuha beliau berkata "Wa idza maridhtu fahuwa yasyfiin" bukan berkata "isyfinii" dengan menggunakan kalimat amar.
2. Selanjutnya, saat kematangan seseorang makin meningkat, dia mulai sadar akan adanya kehidupan yang abadi kelak. Doanya mulai berkisar seputar ganjaran (surga) dan hukuman (neraka).
3. Tingkatan selanjutnya diisi dengan doa meminta keridhaan Allah dan selamat dari murkaNya.
4. Doa yang berisi pengakuan dan pengaduan seorang hamba dihadapan Tuhannya.
5. Yang tertinggi adalah doa yang berisi bisikan-bisikan cinta dari seorang kekasih pada yang dikasihinya. Ini seperti yang kita tangkap dari munajatnya sayyidah Rabiaah al Adawiyah. Ia tak peduli walaupun dijauhkan dari surga dan dijerumuskan ke neraka..karena yang terpenting baginya adalah pengungkapan cintanya pada Sang Rabb..

Ilahy..maa aqrabaka minni wamaa ab'adani anka..demikian tertulis dalam munajat syeikh ibn athaillah. Allah begitu dekat dengan kita. Dia mengetahui segala keadaan kita, Dia menunggu kita untuk mendatanginya, kita saja yang terlalu sibuk dengan kegaduhan materialisme hingga tak mendengar jernih panggilanNya. Hanya rahmatNya yang kita harapkan, karena kita sama sekali tak punya sesuatu apapun yang bisa diandalkan...Imam ar-Razi mengatakan dalam pesan doanya: “Bagaimana aku berdoa kepada-Mu sementara aku berbuat maksiat, dan bagaimana aku tidak berdoa kepada-Mu padahal Engkau Maha Pemurah.”

Jumat, 01 Januari 2010

Me and My Self

Entah mengapa saat bercermin pagi itu tiba2 bayangan di cermin menyapaku..setelah beberapa lama ku terpaku, aku baru sadar ternyata dia adalah sisi lain dari diriku (yang selanjutnya ku sebut my self) Dia membuka percakapan dalam hening..
My self :Woy pren..belakangan ko kliatan beda si?
Me :Wah msih kliatan jg yah? Padahal aku udh berusaha brsikap sewajarnya loh
My self :Kamu bisa boongin yang lain, pi bkn aku. aku kan kamu..kamu kan aku..
Me :Yayaya..kmu bnar. kita ini satu, tak ada gunanya trz berpura2 smw baik2 sja..hany sja aku sendri bingung, apa sebenarnya masalahku?
My self :Tak mw nengakui bahwa km bermasalah itulah masalah sebenarnya. Owh..c'mon, sdh waktuny kita ini saling terbuka
Me :Bwt apa aku crita ke km..apa km bisa jamin bisa bantu mnyelesaikan masalhku?
My self :Aku akan brusaha!
Me :Aku limbung. Tersesat. Tak tw arah. Tak pny bekal. Tujuan kabur. Rsa percaya diriku pun berada pd titik terendah sepanjang sejarah kehidupanku. Aku baru saja melewati turning point dalam hidupku..yang merubh segalanya..sayangnya aku tak punya peta perjalanan, yang menuntunku pada tujuan akhir.
My self :Ayolah kwan..aku tak pernah melihatmu seperti ini, begitu menyedihkan!
Me :Aku tak pernah mendapat penolakan. Dan ternyta itu begitu menyakitkan! Tiba2 saja semwa terjadi di luar kendaliku.
My self :Kmu tak bole menyerah hny krn penolakan..ingat qt hidup tak sendri. kita berbagi bumi ini dengan milyaran manusia lainnya..masing2 pny keinginan, cita2, harapan, dan semwa ingin mewujudkannya. Nah krn gambaran ideal ttg khidupan masing2 org berbeda itulah terjadi benturan2 yang menggiring kita pada realitas yang mau tak mau harus kita terima.
Me :jangan membuat kepalaku semakin pening! Aku hany ingin semwa terjadi seperti yg ku mau..
My self :Dasar tak tahu diri! Kau mw jadi tuhan hah??!
Me :Jangan berteriak di depanku! Aku benci kmu!
My self :Oh maaf, maafkn aku, aku tak bermaksud seperti itu kawan..look, hidup dan nasib bisa tampak begitu berantakan, misterius. Tapi percayalah, semua sudah diatur dengan perhitungan yang seksama. tiap apa yang terjadi, baik pada kita atw siapapun adalah bagian dari desain holistik yang maha sempurna, yang menggiring kita pada tempat dimana seharusnya kita berada.
Me :Aku masih tak bisa terima diremehkn org.
My Self :Biarkan saja. Memangnya mereka yang memberimu makan tiap hari, hah? Buktikan kalo kmu pantas dibanggakan! Kamu hebat dan kmu bisa melakukan apapun, asal mw bersungguh2. Mereka saja yang terlalu cepat menilai. Bilang saja pada mereka "just wait..and see..!
Me :Hahay..kamu benar. Aku sudah berhasil melawati beberapa masa sulit sebelumnya, dan kali pun akan ku buktikan aku mampu melewatinya!
My Self :Nah, itu bru diriku yang ku kenal. Tugas mu sekarang adalah mulai membuat peta perjalanan, memperhitungkan semua kemungkinan, mencari kesempatan..dan semangat!
Me :Ah, rasanya terlalu berat.
My self :Hey, kmu pnya masih pnya tuhan kawan..minta lah petunjuk padaNYA, Dy pasti akan tunjukkan jalanmu
Me :Astaghfirullah, aku bru sadar betapa aku telah begitu jauh dariNYA, padahal Dia selalu melimpahkan nikmat dan rahmatNya untukku...
My self :Bagus, kamu segera sadar
My self :Sembah sujud buatMU ya Rabb