welcome to my world

Sesamar apapun, jejak kaki kita akan terus menjadi sejarah

Selasa, 06 April 2010

Ikan Mati Kehausan di Dalam Samudra

Sudah lama ide menulis tentang topik ini tersimpan dalam draft otak saya..tapi karena tertindih banyak hal, baru sekarang lamunan saya itu terlahir nyata ke blogsphare, setelah saya menemukan file yang hampir usang di tindih kemalasan. Karena vacum cukup lama, maaf kalau tulisan ini tak good reading. Yang terpenting adalah pesan saya bisa sampai pada anda yang tersesat di blog saya ini..

Saya mulai dengan sebuah hikayat. Suatu ketika amirul mukminin Umar Ibn Khattab thawaf di ka’bah. Tiba-tiba beliau tersentak keheranan mendengar doa seorang badui..Allahumma ij’alni min al qalil..Sungguh beliau belum pernah mendengar doa seperti itu sebelumnya. Usai menunaikan thawaf, Sayyidina Umar memanggil badui tersebut guna bertanya perihal maksud doa yang dia panjatkan tadi. Si badui pun menjawab: bukankah dalam al quran disebutkan Wa qaliilun min ‘ibaadiya asy syakuur..dan saya ingin Allah menjadikan saya termasuk golongan yang sedikit itu.

Saya simpulkan dari kisah di atas, bahwa orang yang bersyukur itu adalah spesies langka..yang hampir punah jika kita tak berusaha menjadi bagian dari golongan minoritas ini. Memang harus kita akui bukan hal mudah menjadi orang yang bersyukur. Rasa tidak puaslah yang mengikis rasa syukur kita.

Rasa ketidakpuasan, dalam dosis yang tepat memang bisa menjadi cambuk bagi kita untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi…dalam hal apapun…namun jika tak tepat, malah bisa menjadikan kita hamba yang kufur atas nikmat yang telah kita terima. Alih-alih meningkatkan kualitas personal, orang yang tak pandai bersyukur hanya menghabiskan umurnya untuk mencari kambing hitam. Selalu ada yang disalahkan..bisa keadaan, orang-orang di sekitarnya, dan yang paling sering di dudukkan di kursi pesakitan adalah Tuhan. Di mata kaum yang tak tahu terima kasih ini Tuhan tak pernah benar.

Manusia itu memang makhluk penggerutu…lihat saja, saat kita tak punya pekerjaan kita akan merengek-rengek padaNya agar memberi kita pekerjaan. Saat sudah mulai bekerja sebagai karyawan biasa kita akan menuntut jabatan yang lebih tinggi..dan saat tuhan kembali menuruti permintaan kita..kita lagi-lagi mengeluhkan pekerjaan yang semakin menumpuk, waktu luang yang sangat berkurang dan tenggungjawab yang semakin besar. Yah, apapun yang dilakukan Tuhan memang tak pernah benar...bagi mereka.

Kita sebagai manusia yang bahkan tak memiliki 1 % saham dalam diri kita ini sangat tak layak untuk melamar apapun kepada Allah, apa lagi sampai menuntut dan complain pada Sang pencipta semesta alam. Namun pada praktiknya, ternyata kita ini sungguh hamba yang tak tahu diri. Nikmat yang kita terima dariNya dalam tiap tarikan napas tak terhitung jumlahnya, namun kita terus saja berunjuk rasa padaNya. Selalu ada alasan untuk tak puas dengan apa yang Dia berikan.

Seorang bijak bestari dari india berkata: Aku tertawa mendengar ada ikan mati kehausan di dalam samudra. Inilah gambaran orang yang pernah bersyukur. Ikan adalah kita, manusia pengeluh ini. Sedangkan samudra adalah anugrah Allah pada kita. Kita sudah hidup dengan dilingkupi karunia yang demikian besar..yang karena saking besarnya, kita tak pernah menyadarinya, tapi mengapa masih ada saja celah -yang kita buat-buat sendiri- untuk kita merasa kurang? Dengan sedikit kejernihan hati, kita bisa menyadari betapa berlimpahnya anugrahNya pada kita..Mereka yang pandai bersyukur akan melihat kehidupan ini begitu indah..bahkan dalam situasi terburuk sekalipun. Orang yang bersyukur memiliki hati seluas ribuan kali lapangan bola..yang membuatnya tetap tenang menjalani kehidupannya..

Ending tulisan ini rasanya masih menggantung, tapi biarlah..ini hanya sebagai permulaan. Insy posting selanjutnya segera menyusul..