welcome to my world

Sesamar apapun, jejak kaki kita akan terus menjadi sejarah

Jumat, 24 April 2009

Aku Ingin


“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu…

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada…”
— Sapardi Djoko Damono

Rabu, 22 April 2009

Mati Gaya Nih...

Pengen bikin postingan tapi bingung mau nulis apaan. Bukannya ga ada ide, tapi karna kebanyakan ide (halah?!) malah kaya gini nih jadinya...
Nulis itu susah, tapi ada yang lebih sulit: mulai nulis, dan bencana itu sekarang sedang menimpaku. Kalo sampeyan-sampeyan juga pernah ngalami yang kayak gini...bagi tips dunk!

Sabtu, 18 April 2009

Pasrah Dalam Ketidakpastian

Jumat siang kemarin aku sempatkan waktu mampir ke perpustakaan umum kota di jl. Ijen. Inilah tempat favoritku, tempat aku lari dari kenyataan. Setidaknya di sini aku bisa sejenak melepaskan beban pikiran dan menjelajahi berbagai sudut dunia, berkenalan dengan orang-orang hebat dan menelusuri peradaban klasik dengan imajinasiku. Entah mengapa, tak seperti biasanya hampir 30 menit berlalu dan aku belum bisa memfokuskan pikiran pada deretan huruf yang ada di depanku. Semua yang terbaca hanya sekedar berkelebat di mataku tanpa aku mampu menangkap maksud di dalamnya.
Ku tinggalkan tumpukan buku di meja, beranjak ke sudut perpus tempat 8 unit PC yang tersambung dengan koneksi internet, layanan khusus untuk pemegang kartu anggota perpustakaan. Kuputuskan untuk berkelana di dunia virtual saja, sayangnya semua unit sedang terpakai. Kembali ku telusuri rak-rak buku yang berderet dengan malas, sampai aku terhenti di rak buku dengan tag biografi dan memoar. Kutemukan 1 judul yang menarik di sana: 168 Jam Dalam Sandera. Memoar ini ditulis Meutya Hafidz -my fave anchour yang sekarang menyeberang ke dunia politik- berdasarkan pengalaman pribadinya menjadi sandera mujahidin Irak ketika melaksanakan tugas jurnalistiknya Februari 2005 silam.

Buku ini memang bukan new release, cetakan pertamanya September 2007, tapi buku ini tetap menarik untuk dibaca (buku kan tak ada tanggal expirednya). Ditulis dengan gaya novel flashback, memoar ini sungguh menarik. Sisipan pergulatan batin penulis membuat pembaca serasa ikut mengalami sepekan drama penyanderaan itu. Mengharukan dan menyentuh. Dia menceritakan bagaimana awal keterkejutannya dijemput paksa oleh 3 lelaki bersenjata di POM Bensin di Ramadi dalam perjalanannya ke Bagdad. Ketegangan terus berlanjut sampai ketika dia, rekannya Budiyanto dan Ibrahim, sopir berkebangsaan Yordania yang di sewanya ditinggalkan di sebuah gua sempit di padang pasir yang masuk wilayah konflik pejuang Irak dengan pasukan koalisi dengan 3 penjaga.
Dia menceritakan bagaimana tersiksanya dia sebagai jurnalis yang terbiasa dinamis harus diam dalam ketidakpastian dan ancaman maut yang terus mengintai. Namun di luar dugaan, persahabatan yang tulus terjalin di gua kecil itu, antara yang tersandera dengan para penyandera. Perlakuan baik ditunjukkan para penyandera itu bak mereka menghormati tamu jauh, namun bagaimanapun penyanderaan itu –berapapun lamanya– merupakan tindakan perampasan hak-hak manusia. Dikisahkan pula berbagai usaha diplomasi yang dilakukan pemerintah RI dan kru Metro TV untuk membebaskan dua wartawan ini. Di akhir buku, Marty Natalegawa, jubir deplu RI menuturkan dengan runtut upaya yang dilakukan pemerintah untuk melindungi anak bangsany di negeri orang ini.
Yang menarik, menurutku, ditulis di salah satu bagian bahwa di tengah keputusasaan saat usaha tak lagi ada jalan dan semua materi yang dimiliki tak membantu satu-satunya yang kita miliki adalah ALLAH, pelindung kita yang MAHA KUASA. Tak ada yang tak mungkin bagiNYA. Dengan pasrah dan meminta pertolongan kepadaNYA semua kesulitan yang terjadi akan terasa ringan kita menjalaninya. Iman yang teguh akan menuntun kita keluar dari kemelut. Tak hanya dalam penyanderaan, dalam semua kasus ketidakpastian dalam hidup ini, satu yang pasti: DIA selalu bersama hambaNYA yang mau berserah diri.

Rabu, 15 April 2009

Kitab Suci Edisi Revisi


Percaya pada kitab suci yang diturunkan Allah merupakan salah satu pilar iman. Tak hanya pada Al Quran, namun juga kitab-kitab pendahulunya. Masalahnya, Taurat, Injil dan Zabur yang ada sekarang (yang biasa disebut kitab perjanjian lama, perjanjian baru dan Mazmur) diyakini telah banyak berubah. Kitab-kitab itu tak lagi menyeru pada tauhid (mengesakan Allah) yang merupakan inti ajaran agama samawi dan tak menjelaskan ihwal hari kiamat. Namun demikian tetap kita wajib mengimani kitab-kitab tersebut, caranya cukup dengan yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah memang telah menurunkan kitab Taurat pada Nabi Musa, Injil pada Nabi Isa, dan Zabur pada Nabi Dawud. Tentang isi kandungannya, karena kita tahu sudah banyak intervensi manusia di dalamnya maka tak perlu lagi kita mempelajarinya karena Al Quran sebagai kitab pamungkas telah memuat pokok-pokok ajaran kitab terdahulu yang masih relevan dan menyempurnakannya. Mempelajari Al Quran sama artinya dengan mempelajari kitab-kitab pendahulunya.
Al Quran sangat menghargai kitab-kitab terdahulu. Hal ini bisa kita lihat dalam Al Baqarah:4 yang menuntut umat Islam untuk mengakui eksistensi kitab terdahulu. Selain itu Al quran juga berfungsi sebagai verifikator, batu ujian bagi kitab terdahulu (Al Maidah:48), sebagai referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara umat-umat rasul yang berbeda (An Nahl:63-64) dan meluruskan sejarah yang telah banyak diselewengkan.
Tak berlebihan rasanya jika kita menyimpulkan bahwa al Quran adalah edisi revisi dari kitab-kitab terdahulu yang telah banyak dirusak dengan campur tangan manusia. Mereka merubah isinya demi memenuhi hasrat nafsu duniawi semata. Mereka menukar akhirat dengan harga yang sangat tidak pantas. Al Quran datang untuk kembali memurnikan ajaran tauhid dan meluruskan berbagai kekeliruan yang terjadi. Kalau ada edisi revisi, mengapa harus memilih versi lama?

Rabu, 08 April 2009

Maaf, Bukan Menghakimi, Hanya Koreksi

Besok pemilu yah? Beneran besok? Heran, barusan dalam kabar pemilu yang di up date tiap jam oleh beberapa stasiun TV beritanya masih sama dengan seminggu lalu: tentang logistik pemilu yang belum tersalurkan maksimal dan DPT yang amburadul di berbagai daerah. Yakin besok pemilu? Aku makin gamang waktu ibuku bilang: "Kok undangan buat nyontreng belom dateng yah?" Jangan-jangan ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan..Owh, jangan Kau biarkan itu terjadi ya Allah..Image negara kami sebagai negara demokrasi terbesar sedang dipertaruhkan!

Buat menggelar pesta sebesar ini, memang dibutuhkan dana yang tak main-main. Fantastis. Konon, APBN kita terkuras 21, 8 T untuk biaya pemilu tahun ini, 9 kali lebih besar ketimbang anggaran yang (cuma) 2,3 T pada pemilu 2004 lalu. Waw! Sangat disayangkan bila biaya sebesar itu sia-sia, tidak menghasilkan anggota legislatif yang berkualitas yang pada gilirannya berpengaruh juga pada pilpres Juni mendatang.

Dana yang besar mustinya diimbangi dengan kinerja EO (baca:KPU) yang profesional! Tapi nyatanya, bukan hanya persiapan pra pemilu yang mengkhawatirkan, pelaksanaan dan proses penghitungan pun rawan kecurangan. Meskipun pejabat KPU (secara verbal) meyakinkan kalau validasi sudah sesuai ketentuan, kenyataan berkata lain. Manipulasi suara rakyat yang -tak dapat dipungkiri- terjadi di beberapa pilkada juga makin membuat rakyat was-was, akankah KPU sukses mengawal pemilu tahun ini? Maaf, bukan menghakimi, hanya koreksi.
Semoga dosa-dosa kita yang bagai pasir tak terhitung tak membuat Allah yang Maha Pengasih murka dan menghukum kita dengan memberi pemimpin yang tak layak memimpin dan semoga Dia masih memberi kesempatan kita untuk berbenah menjadi lebih baik dengan memilihkan pemimpin-pemimpin yang terbaik. Amiin.
NB: Ssstt..sampai sekarang aku belom tw, kedaftar apa ga di DPT. Emang serius pemilunya besok?

Selasa, 07 April 2009

Pesan Direktur

Berikut adalah sebuah cerita tentang bagaimana sebuah pesan dikomunikasikan secara hirarkis dalam sebuah perusahaan, dari Direktur hingga ke karyawan bawahan.

Dari: Direktur - Kepada: General Manajer
“Besok akan ada gerhana matahari total pada jam sembilan pagi.Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari. Untukmenyambut dan melihat peristiwa langka ini, seluruh karyawan dimintauntuk berkumpul di lapangan dengan berpakaian rapi. Saya akanmenjelaskan fenomena alam ini kepada mereka. Bila hari hujan, dankita tidak bisa melihatnya dengan jelas, kita berkumpul di kantinsaja.”

Dari: General Manager - Kepada: Manager
“Sesuai dengan perintah Direktur, besok pada jam sembilan pagi akanada gerhana matahari total. Bila hari hujan, kita tidak bisa berkumpuldi lapangan untuk melihatnya dengan berpakaian rapi. Dengan demikian,peristiwa hilangnya matahari ini akan dijelaskan oleh Direktur dikantin. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari.”

Dari : Manager - Kepada : Supervisor
“Sesuai dengan perintah Direktur, besok kita akan mengikuti peristiwahilangnya matahari di kantin pada jam sembilan pagi dengan berpakaianrapi. Direktur akan menjelaskan apakah besok akan hujan atau tidak.Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari.”

Dari : Supervisor - Kepada : Koordinator
“Jika besok turun hujan di kantin, kejadian yang tak bisa kita lihatsetiap hari, Direktur, dengan berpakaian rapi, akan menghilang jamsembilan pagi.”

Dari : Koordinator - Kepada : Semua Staff
“Besok pagi, pada jam sembilan, Direktur akan menghilang. Sayangsekali, kita tidak bisa melihatnya setiap hari.

humor diatas menggambarkan bagaimana seorang perawi hadist mempunyai syarat-syarat yang sangat berat, tidak boleh berbohong, melakukan dosa kecil skalipun, hafal beribu-ribu hadits, dll. karena takut pesan dari seorang Rasul untuk umatnya akan mengalami distorsi seperti humor diatas. jadi jangan meremehkan riwayat & sanad dari sebuah hadits karena itu merupakan teknologi kita dan masih diakui kehebatannya.???
(sumber: http://indri-n-friends.super-forum.net/humor-f19/text-pesan-direktur-t837.htm)

Sekilas Tentang PP. Salafiyah Bangil

Sejarah singkat
Pada tahun 1366 H/ 1953 M KH. Abd. Rokhim Rohani mulai merintis Pesantren dengan dengan sarana yang sangat sederhana: Sebuah rumah dan surau yang memiliki 3 ruang kecil. Jauh dari kesempurnaan, namun sarat dengan keoptimisan. Generasi pertama Salafiyah berjumlah 17 orang, 9 diantaranya bermukim di pesantren. Sedangkan 8 lainnya tidak bermukim (santri kalong). Materi yang beliau berikan lebih dititikberatkan pada penguasaan gramatikal bahasa arab sebagai instrumen penting dalam memahami kandungan kitab-kitab klasik. Jadwal pembelajaran pun belum tertata secara sistematis, tergantung waktu senggang Kyai. Metode yang digunakan juga bersifat tradisional, yaitu sistem sorogan (lebih fokus pada pengembangan kemampuan perseorangan santri di bawah bimbingan kyai) dan wetonan (santri mendengar dan menyimak kitab yang dibacakan kyai). Belum rampung tugas yang beliau emban, pada 9 Muharram 1397 H/ 1977 M beliau hartus menutup lembaran sejarah perjuangan, menghadap keharibaan Rabb al izzah, meninggalkan 300 santri yang masih membutuhkan bimbingan beliau.
Penerus pada periode kedua adalah KH. Khoiron Khusein. Beliau dikenal produktif dan inovatif dalam pengembangan pendidikan pesantren. Wujud konkritnya ialah dengan mendirikan Madrasah Diniyah (pada tahun 1961 M) yang kemudian pada tahun 1978 M ditambah dengan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang pola pendidikannya selain melestarikan unsur-unsur utama pesantren juga memasukkan materi-materi umum dalam muatan kurikulumnya. Di bawah kepemimpinan KH. Khoiron inilah PP. Salafiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam segi kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu gagasan beliau yang paling menonjol adalah ditugaskannya santri yang telah menyelesaikan jenjang MA untuk mengembangkan ilmu dan mengabdikan dirinya pada masyarakat yang bertempat di beberapa pesantren di Jawa Timur dan Madura. Pada tanggal 8 Jumadi al awal/ 19 desember 1987 PP. Salafiyah harus kembali merelakan kepergian salah satu tokoh kharismatiknya memenuhi panggilan ilahi pada usia 50 tahun.
Regenerasi kepemimpinan kembali terjadi dalam struktur kepengurusan Salafiyah. KH. Harisun Baihaqi AR. menjadi elemen paling esensial dalam pengelolaan Salafiyah periode ke-3. Dengan dibantui KH. Zubair Rasul terus mengembangkan potensi santri disamping mengupayakan pembenahan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran, diantaranya menambah lokal asrama, kelas dan kamar mandi. Beliau juga membentuk dewan penasehat yang terdiri dari ibu nyai Hj. Khilyah, Ibu nyai Hj. Istiqomah dan ustdz. Hj. Suroyyah.
Sistem Pendidikan
Kurikulum yang berlaku di Madrasah Salafiyah (MID-MTs-MA) adalah kurikulum lokal yang tidak mengikuti kurikulum depag. Namun disediakan pula jenjang program Mts-MA yang berbasis kurikulum diknas bagi santri yang berniat mengikuti ujian nasional. Kegiatan belajar mengajar formal diadakan 6 hari per minggu. MID pada pagi hari mulai pukul 7.30- 11.00 dengan 4 jam pelajaran @ 45 menit. Sedangkan MTs-MA mulai pukul 13.30-16.50 dengan 5 jam pelajaran @ 40 menit. Untuk penilaian hasil belajar, MID melakukan evaluasi dengan sistem cawu, sedangkan MTs-MA menggunakan sistem semester. Untuk pencapaian yang maksimal tiap-tiap kelas yang rata-rata terdiri dari 40-60 siswi membentuk halaqah-halaqah belajar yang terdiri dari 6-8 siswi dengan jam wajib belajar min. 1 jam ba'da isya'.
Materi yang diajarkan di MID lebih menekankan pada pengenalan dan pengkajian berbagai kitab klasik yang membahas fiqh (Mabadi' Fiqhiyah, taqrib, fath al muin), nahwu (awamil, al ajrumiyah, kawakib ad durriyah mutammimah al ajrumiyah), sharaf (amtsilah tasrifiyah, al maufuud, al kailani), tarikh (khulashoh nur al yaqin), tafsir (al jalalain, ash showi), tauhid (Aqidah islamiyah, jawahir kalamiyah, kifayah al awam, ad dasuqi), hadist ( arbain an nawawi, riyadh as sholihin) dan lain sebaginya. Sedangkan MTs-MA merupakan lanjutan dan pemantapan atas materi yang telah dijarkan di MID. Pada jenjang ini mulai dikenalkan pula ilmu tafsir, mustholah hadist, ushul fiqh, balaghah, mantiq, faraid, dan siyasah. Selain itu, untuk pembekalan siswi juga ditambahkan beberapa materi pendukung seperti sosiologi, bahasa inggris, bahasa Indonesia, perbandingan agama, psikologi, PPKN dan ilmu pendidikan.
Kegiatan ekstrakurikuler
Selain kegiatan formal madrasah, jadwal harian para santri juga dipenuhi dengan beragam kegiatan, seperti pengajian rutin yang diasuh para guru, kursus nahwu, bhs. arab, bhs. Inggris dan jurnalistik (bagi yang berminat), tilawah, bahtsu masail (untuk siswi 2 MA) dan forum kader dakwah (pengenalan medan dakwah untuk siswi 3 MA). Ada juga jam'iyah rutin yang dilaksanakan tiap Senin dan Kamis malam.
Sarana penunjang
Pengetahuan santri akan perkembangan dunia luar juga ditunjang dengan adanya koran berlangganan dan media internal santri: El Wardah yang mengelola majalah bulanan dan mading. Perpustakkan pesantren menyediakan cukup banyak literatur yang bisa dijadikan referensi dari berbagai bidang disiplin ilmu, baik karya klasik para ulama, buku-buku yang mengulas isu kontemporer, hingga fiksi islami yang menjadi inspirasi. Koperasi pesantren menyediakan berbagai kebutuhan logistik santri dan alat-alat sekolah.

Tenaga Edukatif
Tenaga Edukatif Madrasah Salafiyah diupayakan langsung serta merupakan tanggungjawab pondok pesantren, baik dalam pengadaan maupun kriteria yang ditentukan sebagai syarat yang harus dipenuhi staf pengajar. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, tenaga pendidik tidak hanya diambil dari dalam pesantren namun juga dari luar pesantren, disesuaikan dengan bidang mata pelajaran yang diajarkan. Staf pengajar MID berjumlah 45 orang yang keseluruhanyya merupakan alumni PP. Salafiyah dengan jumlah siswi 1336 orang. Sedangkan MTs- MA diasuh oleh 35 guru, dengan perincian 18 orang ustadz dan 17 orang ustadzah. (Data tahun 2006). Adapun kegiatan ekstrakurikuler, diserahkan kepada segenap kelas 3 MA di bawah pengawasan seksi pendidikan.
Stuktur kepengurusan
Kepemimpinan Salafiyah ada dua macam: pusat dan cabang. Pimpinan pusat dijalankan oleh KH. Harisun Baihaqi selaku tokoh sentral dengan dibantu segenap keluarga pengasuh. Sedangkan pimpinan cabang mengurusi hal-hal yang bersifat teknis operasional selama menjadi kewenangan yang dilaksanakan oleh segenap jajaran pengurus (yang dibentuk oleh pimpinan pusat) dan dibantu oleh seksi-seksi dari siswi kelas 3 MA. Menjelang pertengahan tahun ajaran selama persiapan menghadapi EBTA MA tugas-tugas keorganisasian dilimpahkan pada siswi 2 MA.
(Profil singkat ini saya buat karena beberapa kali browsing di google dengan keyword PP. Salafiyah Bangil belum saya temukan profil yang representatif tentang kondisi riil pesantren ini. Di satu situs yang saya kunjungi, ada gambaran PP. Salafiyah era 80-90 an yang tentu kini keadaannya sudah sangat jauh berbeda. Semoga bermanfaat...)

Kamis, 02 April 2009

Lagi-lagi Soal Politik

Sejak beberapa bulan terakhir -dan tampaknya akan terus berlajut hingga beberapa pekan ke depan- isu yang paling banyak mendapat porsi pemberitaan di berbagai media adalah isu politik. Tak mau ketinggalan, dalam beberapa diskusi ringan kawan-kawanku pun kerap mengangkat politik sebagai tema utamanya. Kami yang awalnya tidak benar-benar tertarik (atau mungkin benar-benar tak tertarik?) akan dunia politik memulai pembahasan ini dengan menelusuri politik dalam pandangan Islam.
Banyak kalangan seolah mengharamkan politik untuk ditekuni, padahal tak ada ayat yang menjelaskan seperti itu. Mereka memandang politik dalam arti yang terlalu sempit serta cenderung menampilkan politik dalam wajah negatifnya. Seperti keculasan, penindasan, perebutan kekuasaan, pembunuhan, perang dan ceceran darah.
Politik dalam arti sempit dan wajah negatif ini seringkali muncul menjadi icon yang mewakili pengertian kata istilah politik. Padahal ini hanyalah sebuah aliran dan pemahaman subjektif dari Machiavelli yang termasyhur dengan nasihatnya, bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman penggunaan kekuatan.
Tentu saja politik dalam konsep si Machivelli itu bukan sekedar diharamkan dalam syariat Islam, tetapi juga dikutuk. Bahkan turunnya syariat Islam salah satu perannya adalah untuk membasmi konsep politik orang Italia yang banyak diadopsi oleh para diktator itu.
Para Nabi dan Shahabat Adalah Politikus yang Benar
Dijelaskan lebih lanjut oleh Ust. Ahmad Sarwat, jika politik kita kembalikan pada arti dasarnya sebagai sebuah sistem untuk mengatur masyarakat atau negara dengan tujuan demi kemashlahatan umat manusia, maka politik itu suatu hal yang baik.
Bahkan sejak masa awal manusia diturunkan ke muka bumi dengan dikawal oleh para nabi dan rasul, tugas utama syariah adalah mengatur kehidupan masyarakat dan negara. Dan itu adalah politik. Tapi bukan versi Machiavelli, melainkan versi langit alias versi syariah.
Maka bisa kita sebutkan bahwa menjalankan politik yang benar itu bukan hanya boleh, tetapi wajib bahkan menjadi inti tujuan risalah. Untuk mengatur politik-lah para nabi dan rasul diutus ke muka bumi, selain mengajarkan ritual peribadatan.
Diplomasi dengan Penguasa Zalim
Dalam realitasnya, ternyata para nabi dan Rasul pun bukan hidup di dalam hutan jauh dari politik kotor. Justru mereka berhadapan langsung -face to face- dengan para pelaku politik jahat. Bukankah Allah SWT memerintahkan kepada Musa untuk mendatangi Fir''aun?
Pergilah kepada Fir''aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas.(QS. Thaha: 24)
Bahkan Nabi Musa as. sendiri lahir di dalam istana Fir''aun yang sedang aktif berpolitik kotor. Dan Musa ikut masuk dalam gelanggang politik berhadapan dengan Fir''aun, namun membawa konsep politk langit. Maka begitulah, sebagian besar isi Al-Quran yang bercerita tentang Nabi Musa as, lebihbesar porsinya tentang kisah politik Nabi Musa versus Fir''aun.
Datangnya Musa as berdebat dan berdiplomasi langsung ke istana Fir''aun, bukankah itu tindakan politik?
Perang
Selain Musa as., nyaris semua nabi memang menjadi pimpinan politik umatnya. Mereka tidak mengurung diri di dalam mihrab meninggalkan urusan duniawi, melainkan mereka ikut dalam semua aktifitas membangun bangsa. Bahkan tidak sedikit di antara para nabi itu yang wafat dalam perjuangan mereka di kancah politik. Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak menyerah. Allah menyukai orang-orang yang sabar.(QS. Ali Imran: 146)
Apakah perang bukan urusan politik?
Mengatur Kekayaan Negara
Nabi Yusuf as. juga seorang politkus yang handal dan sukses menyelamatkan negaranya dari berbagai krisis ekonomi. Bahkan Al-Quran secara nyata mengisahkan bagaimana deal-deal politik Nabi Yusuf as. untuk mengincar jabatan sebagai penguasa masalah logistik negara.
Berkata Yusuf, "Jadikanlah aku bendaharawan negara; sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS. Yusuf: 55)
Apakah mengatur logistik dan kekayaan negara bukan urusan politik?
Kesimpulannya, politik dengan tujuan dan cara yang sesuai dengan misi ilahi, tentu saja hukumnya boleh dan bahkan wajib. Sedangkan berpolitik yang tujuan dan caranya bagai si Machiavelli itu, jelas haram bahkan dilaknat.