welcome to my world

Sesamar apapun, jejak kaki kita akan terus menjadi sejarah

Minggu, 01 Maret 2009

Tarekat Al Blogiyah


Di tengah maraknya pemblokiran terhadap tarekat-tarekat baru yang tidak dianggap mu'tabar (bersambung sanad dengan Nabi saw.), ada satu tarekat baru yang dalam beberapa tahun terakhir kian menjadi fenomena: TAREKAT AL BLOGIYAH. Jamaah tarekat ini menjadikan NETTERs sebagai gurunya. Diantara ritual hariannya: membuat entri, Blogwalking, meninggalkan komentar, menautkan link dan riset kecil-kecilan untuk bahan postingan. Pantangannya adalah mengutip tanpa mencantumkan sumbernya dan mengklaimnya sebagai buah otak sendiri; membajak karya blogger lain. Yang menarik dari tarekat ini, jamaahnya tak terbatas dengan beragam latar belakang dan tersebar di 4 penjuru mata angin. Selain itu aspek kebabasan benar-benar ditonjolkan. Jamaah bebas berekspresi dan menyampaikan apapun diblognya dengan tetap mengedepankan kesantunan dalam bertutur, mengingat siapapun bisa mengaksesnya dengan hanya sekali klik.

Aktivitas bloging di Indonesia bisa dikatakan mendapat dukungan penuh dari pemerintah, terbukti dengan ditetapkannya tanggal 27 Oktober sebagai hari blogger Nasional oleh menkominfo M. Nuh sejak tahun 2007 lalu. Tak seperti di negeri Mesir, IraN dan Cina yang merupakan tempat berbahaya untuk nge-blog. Di negeri itu para jamaah tidak mendapatkan kebebasan dalam menulis. Ditjen depkominfo menuturkan bahwa (menurut prediksi beliau) jumlah blogger hanya sekitar 300 ribu dari total pengguna internet yang mencapai 30 juta orang. Artinya, masih banyak netter yang belum memanfaatkan TI secara maksimal.

Banyak tudingan miring yang ditujukan pada jamaah blogiyah -yang didominasi anak muda- ini. Acap kali mereka dituding hanya buang-buang waktu saja, kurang kerjaan dan komentator yang NATO alias no action talk only. Padahal tak sedikit manfaat yang bisa didapat oleh para jamaah ataupun non-jamaah. Dengan berbagai kemudahan, mereka bebas menyampaikan ide atau pendapat -tentang apapun- berdasarkan perspektif masing-masing. Bayangkan saja seandainya (sekurang-kurangnya) ada 100 blogger dari beberapa komunitas membahas 1 tema seragam melalui pendekatan yang berbeda, tentu akan memperkaya khazanah keilmuan para pembacanya yang membuat mereka tak picik memandang perbedaan. Sekalipun hanya menulis, setidaknya itu cukup menunjukkan kalau mereka 'peduli', dan itu jelas lebih baik dari pada mereka yang sudah no action, no talk pula. Kini telah banyak komunitas bloger yang beraksi secara offline, yaitu dengan turun langsung ke dunia nyata. Perlu diingat, menulis adalah budaya intelektual yang menjadi ciri civil society yang harus menjadi budaya kita. Lebih jauh, Tony Nugroho mengatakan bahwa blog bisa berfungsi sebagai alat kontrol yang baik dan dan murah bagi pemerintah dalam menjalankan kebijakan publik, jika diterapkan secara lebih fair dan bertanggung jawab.

Secara psikologis, Aktivitas menulis blog merupakan proses belajar. Ketika kita mengungkapkan perasaan kita melalui suatu blog, kita akan belajar untuk mengenal perasan-perasaan dan emosi-emosi yang muncul dari suatu peristiwa dalam keseharian kita. Semakin sering kita menyadari hal tersebut semakin kita mengenal diri kita sendiri sehingga pada situasi yang sama, kita akan belajar untuk mengontrol emosi tersebut. Hal ini merupakan salah satu dari dasar pemikiran Aaron Beck yang terkenal dengan terapi kognitifnya.

Walau berjibun manfaatnya, tak dapat dipungkiri ada pula jamaah blogiyah yang ndablek -semoga ALLAH mengampuni mereka- yang mengacuhkan etika dalam beraksi di blogsphare. Yah, dengan keadilanNYA segala sesuatu memang tercipta dengan dua sisi, tergantung bagaimana para makhluk menyikapi..

Tepatlah kiranya di titik ini, sebagai tarekat (arab: jalan), BLOGING dianggap bukan sebagai tujuan, melainkan hanya media untuk memulai. Tujuan sebenarnya adalah tindakan di dunia nyata..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar