Aku rindu ayahku...Dulu aku masih bisa memeluknya tiap saat, tapi kini tak lagi bisa kulihat senyum yg tersembunyi di wajahny saat ku menciumnya. Tak bisa lagi aku menggodanya. Tak bisa ku menyuapinya dengan roti-susu tiap pagi, memapahnya keluar kamar di tengah malam buta..ahh..tak bisa lagi..
Ayahku telah berpulang 3 pekan lalu, Kawan. Ketika menulis posting ini, kurasakan napasku tercekat ditenggorokan..mataku panas berair. Sungguh aku merindukannya, Kawan.
Beliau org yg kuat, tapi sekuat apapun beliau,,stroke akhirnya menumbangkan beliau.. Yah, kebanyakan org akan menyerah pda serangan ketiga, tapi ayahku bisa bertahan hingga enam kali stroke menyapanya. Serangan pertama terjadi di tahun 2002, tapi beliau masih bsa kembali tegak berdiri..semakin lama semakin lemah, dan di tahun terakhir, beliau hanya terbaring di ranjang, sesekali duduk di kursi atau berjalan dgan dipapah. Aku bersyukur kr berkesempatan menjaganya hingga saat terakhirnya. Juga ku berterimakasih pda suamiku tercinta yg memberiku ijin tetap tinggal di rumah oragtuaku, merawat mereka..meski itu artinya kekasihku itu harus tinggal sendiri, berjauhan diluar kota sana.
Lima hari menjelang kepulangannya, adalah saat terberat bagi kami. Sungguh tak tega melihat beliau kesakitan. saking lemahnya, tak kuat beliau merintih. Namun dari tiap desah napas yg keluar kami tahu, beliau terus berucap dlm hati..Allah..Allah..
Klimaksnya, malam terakhir itu beliau terlihat kesakitan..Tak ada cairan urine yg keluar..artinya ada yg tak beres dg sistem pencernaannya. dokter uronologi menyarankan bedah utk bisa mengelurkan kotoran dri perut beliau. Kami menangis. Malam itu kami tak tidur, sama seperti malam2 sebelumnya. Tapi malam itu berbeda, kami larut dalam doa dan istighfar. Perawat beberapakali datang utk menanyakan persetujuan keluarga, kami masih bimbang. Bismillah, kami bulatkan tekad..Inilah bukti cinrta kami pda ayah. Ruang operasipun disiapkan.
Pukul 6 keesokan harinya, seperti yg telah dijadwalkan, asisten dokter datang utk melihat kondisi ayah. Setelah cek ini-itu, ia pun manggut2 dan berpamitan akan melaporkan kondisi pasien pda dokter bedah. Hati kami tak henti meminta pertolongan Yg Kuasa. Kami menyeka ayah dengan air hangat, mengganti bajunya..membersihkannya. Aku ingat sempat berkata pda kakakku:' Mas, tangan ayah dingin..' "Iya, kakinya juga', jawabnya. Kami kira itu hnya pengaruh ruangan ber-AC. Tiba2 ayah muntah..keluar cairan berwarna hitam pekat, pertanda saatnya telah tiba. Tak lama prosesnya..dan beliau pun berpulang diiringi doa kami, kelurga yg sngat menyayanginya.
Kami sedih, menangis. Tapi ibuku, org yg jelas paling merasa kehilangan, menguatkan kami. Beliau begitu bersyukur...inilah wujud pertolongan Allah yg kami minta selama ini. Pertolongan yg datang tepat di saat2 kami sangat membutuhkannya, tak berharap kecuali padaNya, pasrah akan segala takdirNya. Berbagai kemudahan juga kami terima, mulai perawat yg begitu pehatian, dokternya, semuanya....Pertolongan itu jga berwujud kelapangan hati kami, keikhlasan yg tentu akan begitu sulit jika tak mendapat uluran tangan kasihNya.
Tak pernah ku menyesal merawat ayahku selama ini..Kinipun aku tetap bisa merawatnya, dengan memanjatkan doa untuknya tiap saat aku mengingatnya. Bukankah doa soerang anaklah yg sangat didamba org tua yg telah berpulang?
Kematian bukanlah ketiadaan. Mereka hanya berpindah ke alam yg berbeda dg kita. Kita bisa berkomunikasi dg mereka melalui doa, dan mereka bisa menyapa kita melalui mimpi,,asal receiver kita dalam kondisi jernih.
Allahumma ighfir lahuu wa_rhamhu wa 'aafiihi wa'fu 'anhu