Dikatakan, bahwa jalan menuju Allah itu banyak..sebanyak bilangan para pencari Allah itu sendiri. Hal ini setidaknya bisa kita tengok dari sirah para guru yang telah terbukti 'sampai' kepada Allah. Diantara beliau ada yang mengambil jalur (penyebaran) ilmu, ada pula yang memilih khidmat (pelayanan) pada ahli ilmu dan masyarakat, ada yang tenggelam dalam ibadah, istighfar, membaca alquran, dan macam2 jalan lain yang tak terhitung jumlahnya. Syekh Abdul Qadir al Jilani berkata: Aku bisa sampai pada Allah bukan berkat ibadah malam dan puasaku, namun karena dermawan, tawadhu' dan hati yang selamat.
Rasululloh sendiri ketika ditanya tentang amal yang paling utama, beliau menjawab: "menggali sumur". Itu terjadi ketika madinah sedang sedang dilanda kekeringan, dan yang paling dibutuhkan masyarakat adalah air. Di lain kesempatan ketika sahabat yang lain bertanya dengan pertanyaan yang sama beliau menjawab: "Laa taghdhob!" Amal terbaik adalah menahan amarah, karena si penanya adalah orang yang emosional. Ketika yang bertanya adalah seorang yang memiliki ibu yang telah renta, "amal terbaik adalah berbakti pada ibumu", demikian Rasul menjawab. Ini menunjukkan bahwa amal terbaik untuk tiap-tiap orang itu berbeda, harus disesuaikan dengan peranan masing2.
Lalu bagaimana kita memilih jalan untuk bisa 'sampai'? Salah satu prinsip yang harus kita pegang untuk menentukannya adalah hadist Nabi "khairun naas anfa'uhum lin naas". Bagi seorang yang berilmu, mengajar tentu lebih baik baginya. Bahkan sekalipun karena kesibukan mengajarnya ia tak sempat beristighfar, tak perlu kuatir, karena malaikatlah yang akan memintakan ampunan untuknya. Bagi kepala keluarga, bekerja mencari nafkah bisa jadi adalah ladang ibadah terbaiknya, sekalipun tak lagi tersisa banyak waktu baginya untuk bertasbih. Dalam sebuah hadis Nabi: Seorang laki2 yang bekerja untuk menafkahi keluarganya, baginyat pahala fii sabiilillah. Lelaki yang bekerja untuk menghidupi org tuanya, maka baginya pahala fii sabiilillah, lelaki yang bekerja untuk menafkahi dirinya agar tak meminta-minta pada orang lain, baginya pahal fii sabiilillah. Bagi pelajar, tentu belajarlah yang terbaik baginya, hingga nanti pada gilirannya ia mampu menyebarkan ilmu yang telah didapatnya. Bagi seorang ibu, mengurus keluarga dan mendidik anak adalah pilihan terbaik. Bagi mereka yang tak punya tanggungan kewajiban apapun pada orang lain, yang terbaik baginya adalah beristighfar, membac alquran dan rupa-rupa ibadah taqarrub kepada Allah.
Yang harus kita ingat, Allah ta'ala menciptakan hidup dan mati tujuannya untuk menguji siapakah diantara kita yang paling baik amalnya. Alladzi khalaqal mauta wal hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalan. Di luar ibadah wajib, kita bisa meraih predikat terbaik dengan melakukan segala yang terbaik sesuai posisi dan peranan kita. wallahu a'lam bi shawaab.