Pegang erat tanganku saat tubuhku terasa linu
Kupeluk erat tubuhmu saat dingin menyerangmu
Kita lawan bersama
Dingin dan panas dunia
Saat kaki telah lelah kita saling menopang
Hingga nanti di suatu pagi salah satu dari kita mati
Sampai jumpa di kehidupan yang lain
Syair lagu sheila on 7 ini mewakili kekaguman saya akan pasangan kakek-nenek yg tampak (semakin) harmonis di usia senja mereka. Tapi yg lebih mengagumkan adalah mereka yg berhasil mempertahankan kesetiaan pd pasangannya hingga ajal menjemput. Mereka ini berhasil membuktikan kemenangannya atas 'sang waktu'. Saya angkat topi untuk mereka. Uban di rambut mereka mengabarkan betapa banyak yg telah mereka lalui bersama. Garis-garis di wajah mereka mengajarkan kebijaksanaan menyikapi hidup, kehidupan dan penghidupan. Mungkin ada kalanya cinta pd pasangan berkurang, atau bahkan hilang sama sekali. Tak mustahil juga (siapa tau) salah satu episode kehidupan mereka terusik oleh datangnya orang ke 3, 4, 5 atau 6.. Mereka telah melalui segala pasang surut kehidupan dengan rupa-rupa problematikanya, namun mereka berhasil melewati itu semua. Mereka berhasil menuntaskan kisah hidup mereka dengan sangat indah. Mengantarkan kepergian salah satu dari mereka dengan cinta yang tak berubah.
Saya terinspirasi menulis ini ketika subuh td saya mendengan kabar kepergian ibu Ainun Habibi (smoga Allah merahmati beliau). Yang tertangkap oleh sy, adalah sosok beliau sebagai istri dan ibu yg telah berhasil menuntaskan tugasnya dengan baik. Panas mata saya membayangkan bagaimana kelak akhir hidup saya. Perjalanan ini belum jua panjang, namun tak jarang napas terengah saat harus menyingkirkan batu besar yg menghalang di tengah jalan. Kadang terasa berat saat kaki harus tertatih mendaki bukit. "Ah, ini juga dialami siapapun yg baru memulai perjalanan", sy mncoba menghibur diri. Kabar baiknya, saya tak sendiri dlm pengembaraan ini. Apapun yg terjadi, harus terus berlari..sebelum napas terhenti. Selalu berusaha mnghadirkan yang terbaik, hingga kelak berhasil menuntaskan lakon kita dengan akhir yang indah.
welcome to my world
Sesamar apapun, jejak kaki kita akan terus menjadi sejarah
Minggu, 23 Mei 2010
Kamis, 20 Mei 2010
Apa Statusmu Hari Ini?
Bukan hal yang asing, tiap masuk beranda fb kita akan ditodong pertanyaan: apa yang sedang anda pikirkan? Macam-macam jawaban yg diberikan. Ada yg skedar ngisi absen: otw..., lgi mkan, lgi mnum, lgi boker, lgi masak, lg kekunci di dapur dll..Ada yg mengungkap perasaannya, yg kbnyakan bernuansa picisan. Temanya berkisar kangen, cemburu, cinta tak sampai, cinta diam-diam, putus cinta, cinta monyet, kambing, kucing, gajah, badak..dll. Ada pula org baik yang membagi petuah cuma-cuma: ingatlah ..., jgn begini begitu, kalau begini nanti begitu, sesungguhnya begini maka perbanyaklah begitu, dan mcam2 wejangan yg laen. Ada yang berisi 'surat' pada tuhan: kuatkan aku Tuhan, maafkan aku, lindungi aku, mudahkan urusanku, lunasi utang-utangku, sembuhkan aku..and many more. Ada lagi yang skedar iseng nyari popularitas: pngn rebonding bulu kaki, abs ngrampok bank trnyata terlambat,duitny udh dbwa lari koruptor, dan status ga penting laenny (ini yg paling menarik).
Motif mereka pun macem2. iseng, curhat (baca: buang sampah), menyampaikan pesan pd seseorg (biasany kr ga berani ngmong langsung), berbagi pngetahuan sampai mnyebarkan ideologi. Dengan motif apapun, ada kepuasan tersendiri bila ada yang mengapresiasi posting kita dg memberi komentar atau skedar mengacungkan 'jempol'. Ttg posting yg berisi surat kpd Tuhan, seorang kawan pernah mempertanyakan apa tujuannya..Toh tanpa diterbitkan di beranda fb pun Tuhan mengetahui doa, harapan bahkan sgala yg sedang, sudah dan akan kita pikirkan. Apa itu karena riya? Agar dipandang sbgai org yg alim, dekat dg Tuhan (kr brani mnyapaNya lewat fb), atau mungkin ada motif laen? Entahlah. aku tak bisa membca pikiran mreka satu persatu..tpi menurutku, mreka bukan riya, mreka hnya btuh media pelampiasan atas apa yg sdang mreka rasakan. mreka btuh tempat sampah, dan fb menyediakan space yg tak terbatas utk usernya membuang apapun yg ingin mreka buang, tnpa kuatir over loading.
Kalo setiap prtnyaan 'apa yg sedang anda pikirkan' kujwab jujur tentu jwabanku tak brubah spanjang waktu: dia! dia yg slalu aku pikirkan. dia dia dia dia dia dan hnya dia! (dg d kecil. Huh, nakal sekali!) dia yg slalu mengisi doa siang malam pgi dan soreku, yg slalu ada dalam detak napas dan hembus nadiku. yg bukan lgi org lain bgiku, tp telah mnyatu dlm jiwaku (euleh euleh!) dia yg kuyakin akan mengantarku pd Dia.(dg D besar). Ini lah prjalanan panjangku...bersmanya.
Minggu, 16 Mei 2010
Tajassum al A'mal
Sekecil apapun yang kita lakukan terdokumentasikan dengan baik dan nanti pasti akan bisa kita lihat wujudnya. Inilah yang dalam bahasa arab disebut Tajassum al a'mal atau perwujudan amal yang muncul dalam tiga bentuk
Yang pertama, amal-amal yang kita lakukan akan membentuk jatidiri kita.
Menurut al Ghazali, penglihatan manusia itu ada dua macam: Mata lahir (bashar) dan mata batin (bashirah). Dengan bashar yang terlihat hanyalah khalq (tampilan fisik) yang semata-mata bayangan dari diri kita yang sebenarnya. Sedang dengan bashirah kita bisa melihat khuluq (wujud rohani yang kemudian menurunkan kata akhlak). Jadi akhlak adalah gambaran dari diri kita yang sesungguhnya. Wujud rohani itu akan tampak ketika akhir hayat kita, saat ruh terlepas dari 'pakaian' fisik. Amal-amal kitalah yang menentukan dengan wujud apa kelak kita dibangkitkan.
Yang kedua, amal-amal kita akan menjelma dalam wujud makhluk yang akan menyertai kita, sejak di alam kubur sampai di akhirat. Amal baik berwujud makhluk rupawan yang menemani, menjaga dan menyelamatkan kita, sebaliknya amal buruk.
Dan yang ketiga, amalan kita akan berwujud dampak dan akibat. Amal baik akan berdampak baik da begitu pula sebaliknya. Amal adalah benih yang kita tanam. Apa yang kita tuai tergantung apa yang kita tanam. Dampak perbuatan kita itu tajk hanya menimpa kita, tapi bisa juga orang-orang di sekitar kita: anak, kerabat, masyarakat atau lebih luas bangsa dan negara kiita.
Kawan, sekecil apapun yang kita lakukan, ucapkan, dan pikirkan harus kita timbang terlebih dahulu dengan akal sehat dan hati nurani, agar kelak kita tak kesulitan mempertanggungjawabkannya, mengingat 'buntutnya' yang demikian kompleks..tak hanya di dunia namun yang lebih penting di akhirat.
Yang pertama, amal-amal yang kita lakukan akan membentuk jatidiri kita.
Menurut al Ghazali, penglihatan manusia itu ada dua macam: Mata lahir (bashar) dan mata batin (bashirah). Dengan bashar yang terlihat hanyalah khalq (tampilan fisik) yang semata-mata bayangan dari diri kita yang sebenarnya. Sedang dengan bashirah kita bisa melihat khuluq (wujud rohani yang kemudian menurunkan kata akhlak). Jadi akhlak adalah gambaran dari diri kita yang sesungguhnya. Wujud rohani itu akan tampak ketika akhir hayat kita, saat ruh terlepas dari 'pakaian' fisik. Amal-amal kitalah yang menentukan dengan wujud apa kelak kita dibangkitkan.
Yang kedua, amal-amal kita akan menjelma dalam wujud makhluk yang akan menyertai kita, sejak di alam kubur sampai di akhirat. Amal baik berwujud makhluk rupawan yang menemani, menjaga dan menyelamatkan kita, sebaliknya amal buruk.
Dan yang ketiga, amalan kita akan berwujud dampak dan akibat. Amal baik akan berdampak baik da begitu pula sebaliknya. Amal adalah benih yang kita tanam. Apa yang kita tuai tergantung apa yang kita tanam. Dampak perbuatan kita itu tajk hanya menimpa kita, tapi bisa juga orang-orang di sekitar kita: anak, kerabat, masyarakat atau lebih luas bangsa dan negara kiita.
Kawan, sekecil apapun yang kita lakukan, ucapkan, dan pikirkan harus kita timbang terlebih dahulu dengan akal sehat dan hati nurani, agar kelak kita tak kesulitan mempertanggungjawabkannya, mengingat 'buntutnya' yang demikian kompleks..tak hanya di dunia namun yang lebih penting di akhirat.
Rabu, 12 Mei 2010
Harapku
Duh Gustiii...hambaMu ini sedang mengeja, meraba, mencoba menyelami makna kehidupan. Sekali dua kali dia salah tapi untuk selanjutnya bimbing ia menemukan hakikat mutiara yang tersimpan nun jauh di dasar lautan. Dia masih di tepian saja, dan dia begitu takjub dengan berbagai panorama yang terhapar sejauh matanya memandang. Pasir putih, deretan nyiur, langit bersih, Laut jernih bak kaca yang tak sungkan memperlihatkan isi perutnya, dia mulai sibuk mengumpulkan kerang, udang, ikan-ikan kecil dan apapun yang dia temukan di tepi pantai..
jangan biarkan itu semua memasung kakinya, GUstii..
Jangan biarkan dia merasa cukup berdiri di tepian saja, tak mau ambil pusing dengan ombak yang akan mengantarkannya ke tengah lautan, untuk kemudian menyelam dan mencari 'mutiara'. Tuntunlah dia untuk selalu menjalani kehidupan ini seperti apa yang engkau kehendaki, jadikan dia hambaMu yang selalu bersyukur, legowo menerima apapun yang Engkau berikan padanya, jangan lepaskan dia dari rantai penjagaanMu dan belai kasih sayangMu. Mudahkan urusannya, kasihi dan lindungi dia, suaminya, orang tuanya, saudara-saudaranya, seluruh keluarganya, teman-teman dan gurunya, serta semua saudara seagamanya, berkahi kehidupan mereka semua, dan jadikan hari terindah mereka adalah hari pertemuan dengan Engkau...Amiin.
Sembah sujud padaMu ya Rabb
jangan biarkan itu semua memasung kakinya, GUstii..
Jangan biarkan dia merasa cukup berdiri di tepian saja, tak mau ambil pusing dengan ombak yang akan mengantarkannya ke tengah lautan, untuk kemudian menyelam dan mencari 'mutiara'. Tuntunlah dia untuk selalu menjalani kehidupan ini seperti apa yang engkau kehendaki, jadikan dia hambaMu yang selalu bersyukur, legowo menerima apapun yang Engkau berikan padanya, jangan lepaskan dia dari rantai penjagaanMu dan belai kasih sayangMu. Mudahkan urusannya, kasihi dan lindungi dia, suaminya, orang tuanya, saudara-saudaranya, seluruh keluarganya, teman-teman dan gurunya, serta semua saudara seagamanya, berkahi kehidupan mereka semua, dan jadikan hari terindah mereka adalah hari pertemuan dengan Engkau...Amiin.
Sembah sujud padaMu ya Rabb
Andai Saja
Andai saja aku bukan aku, andai bukan mereka orang tuaku, andai aku tak punya kakak pertama yang bertangan besi, kakak kedua yang perasa dan seorang adik laki-laki yang penyayang lagi pengasih, andai aku tak dibesarkan dalam lingkungan yang konservatif, andai aku tak 'dikarantina' di komplek asrama bertingkat di tengah pemukiman padat Bangil selama bertahun-tahun, andai aku tak pernah berkumpul dengan kawan-kawan dan guruku, andai bukan dia suamiku, andai bukan ini jalan hidupku, andai aku tak pernah terpuruk, andai aku tak pernah ditimpa kesedihan, andai aku tak pernah limbung dihantam kebimbangan dan kegalauan, andai aku tak pernah dijerang api kerinduan,..tentu hidupku tak bisa lebih sempurna daripada saat ini.
Matur nuwun Gustiii..
Matur nuwun Gustiii..
Langganan:
Postingan (Atom)